Ambon,Kapatanews.com._ Perang tarif antara Amerika Serikat dan China berimbas besar pada industri film keduanya, khususnya Hollywood. Mengingat potensi besar dari pasar penonton China untuk film-film blockbuster yang dihasilkan oleh studio-studio ternama Hollywood.
Hal ini juga diperparah dengan isu pengurangan jumlah pekerja film karena penggunaan AI di dalam produksi yang sudah menjadi kekhawatiran lama para sineas.
Dalam podcast Boz to the Future, James Cameron pun buka-bukaan jika kini para sutradara dituntut untuk mengurangi biaya produksi film mereka, khususnya pada penggunaan visual efek atau VFX.
Ia pun tengah mencari cara bagaimana agar bisa mendapatkan win-win solution untuk kedua belah pihak di mana masih bisa menurunkan biaya produksi tanpa harus memecat para kru VFX. Sutradara Avatar itu bahkan sampai bergabung ke direksi sebuah perusahaan AI untuk mewujudkannya.
“Dulu, saya akan mendirikan perusahaan untuk mencari tahu. Saya belajar mungkin itu bukan cara terbaik untuk melakukannya. Jadi saya pikir, baiklah, saya akan bergabung dengan dewan direksi perusahaan yang bagus dan kompetitif yang memiliki rekam jejak yang baik,” kata Cameron tentang bergabung dengan dewan direksi Stability AI, perusahaan Stable Diffusion yang membuat model teks menjadi imej, dilansir dari Variety.
“Tujuan saya bukan hanya menghasilkan banyak uang. Tujuannya adalah untuk memahami ruang lingkup, untuk memahami apa yang ada dalam pikiran para pengembang. Apa yang mereka targetkan? Bagaimana siklus pengembangan mereka? Berapa banyak sumber daya yang harus Anda gunakan untuk membuat model baru yang melakukan hal yang dibuat khusus, dan tujuan saya adalah mencoba mengintegrasikannya ke dalam alur kerja VFX.”
Cameron pun menyebutkan jika ingin film-film fiksi ilmiah (hingga superhero) yang memakai banyak visual efek itu tetap ada maka harus ada kerja kolektif untuk mendiskusikan hal tersebut.
“Jika kita ingin terus melihat film seperti ini yang mana aku juga suka membuatnya seperti Dune, Dune: Part Two atau film buatanku yang memiliki CGI yang berat atau efek lainnya, kita harus bisa mencari cara bagaimana memangkas biaya produksinya hingga setengahnya,” ungkapnya.
Sebelumnya Michael Bay juga menumpahkan keluh kesahnya terhadap situasi di Hollywood saat ini. Dalam sebuah wawancara dengan The Hollywood Reporter mengenai dokumenter parkour barunya, We Are Storror, sutradara terkenal itu mengatakan semakin sulit untuk membuat sebuah film, bahkan untuk dirinya dan James Cameron.
“Saya baru saja melakukan panggilan konferensi dengan Jim Cameron, dan kami berdua saling bersimpati tentang Hollywood. Tidak ada yang bisa memberikan lampu hijau untuk apa pun lagi. Semuanya berjalan sangat lambat.”
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Hollywood tidak hanya mengurangi jumlah film yang mendapat lampu hijau, tetapi juga anggaran yang telah meningkat selama bertahun-tahun.
Bay juga menunjukkan seberapa banyak Hollywood telah berubah selama lebih dari 25 tahun terakhir.
“Bisnisnya sangat berbeda. Selama ‘Armageddon,’ itu adalah masa-masa yang luar biasa. Kami mengundang Jonathan Hensleigh, sang penulis. Kami duduk bersama selama dua atau tiga minggu. Kami mengundang orang NASA itu ke kantor saya. Kami menyusun promosi selama 20 menit.”
“Kami mendatangi kantor (mantan Bos Walt Disney) Joe Roth. Ini akan menjadi film ketiga saya. Dan Joe, dia seperti eksekutif studio yang sangat keren dan jadul. Dia berkata, “Itu akan menjadi film saya pada tanggal 4 Juli. Saya ingin menamainya ‘Armageddon.’” Kami keluar, dan saling memandang.
“Apakah dia baru saja memberikan lampu hijau untuk film itu?” Itu tidak terjadi sekarang. Tapi dulu begitulah yang terjadi,” kenangnya. (KN03).
—-Via Variety.